Cara Mengejutkan Otak dalam Mengontrol Logika dan Rasa Cinta

seperti kasus yang mungkin mirip mama saya,
mama saya meninggal 18 hari kemudian setelah papa meninggal,
papa sudah bilang waktu masih antara sadar dan tidak sadar disakitnya
kalau mama sudah mati padahal mama masih ada dan hidup merawat papa yang sakit.

Setelah papa meninggal, di hari ulang tahun papa, kami ke kuburan papa ,
pas seminggu setelah meninggalnya papa. Disana mama bilang, mama tidak mau pulang
kalian buatlah tenda disini, mama mau tinggal disini.

2 minggu kemudian, kami benar-benar membuat tenda disana di sebelah atas kepala papa, makam papa
memakamkan mama kami yang tercinta.  Beliau menyusul papa karena cintanya
kepada papa, tidak seperti yang kami kira, mengapa mama suka bertengkar dengan papa
semasa hidupnya, ternyata itu juga  karena cintanya kepada papa kami.

di bawah ini tulisan yang saya ambil dari detik.com yang mungkin dapat menjelaskan fenomena ini

















Jakarta - Orang kerap kali menganggap kalau otak dan jantung adalah dua organ yang fungsi kerjanya sangat bertolak belakang. Otak kerap dihubungkan dengan sesuatu yang serba logis dan masuk akal, sementara jantung --sering juga disebut dengan hati-- lebih berpengaruh terhadap emosi dan rasa cinta.

Kenyataannya, otak tidak selalu berhubungan dengan pemikiran dan logika. Kenyataannya, organ utama manusia yang satu ini justru berpengaruh besar terhadap emosi yang Anda rasakan, khususnya saat jatuh cinta dan patah hati. Ini tiga fakta menarik yang mengungkapkan bagaimana otak bekerja dalam mengontrol emosi manusia, seperti dikutip dari Your Tango.

1. Batas Tipis antara Cinta dan Benci ada pada Otak
Bukan hati, otak justru yang memengaruhi rasa cinta dan benci pada seseorang. Menurut studi yang dilakukan di University College London, 'sirkuit' cinta dan benci pada otak memiliki struktur yang identik. Kedua bentuk emosi ini dipengaruhi oleh bagian di dalam otak yang bernama putamen dan insula. Dua 'sirkuit' tersebut berhubungan dengan keinginan untuk menyerang, rasa tertekan sekaligus rasa cinta. Semakin dekat sebuah hubungan dan semakin besar rasa cintanya terhadap seseorang, maka potensi untuk lebih sering bertengkar juga besar.

2. Cinta Bisa Menyakitkan Secara Fisik karena Otak
'Love hurts', bukanlah sekadar lirik lagu romantis tapi juga realita. Jika Anda pernah mendengar kejadian ada pasangan paruh baya yang meninggal tidak lama setelah suami atau istrinya meninggal, itu karena ada alasannya dan penyebabnya adalah cinta.

Sebuah studi tentang fungsi syaraf otak telah menemukan bahwa beberapa bagian otak yang memroses rasa sakit secara fisik sangat terkait dengan perasaan sedih dan merana. Jadi ketika orang mengalami patah hati atau sedih yang mendalam, maka fisiknya juga akan sakit. Menariknya lagi, sejumlah peneliti mengklaim bahwa obat-obatan penghilang rasa sakit ternyata bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit secara fisik maupun psikis.

3. Otak Menggunakan Cinta Sebagai Pereda Rasa Sakit
Penelitian di Stanford University School of Medicine menemukan bahwa perasaan cinta yang intens benar-benar bisa meringankan rasa sakit dan sama kuatnya dengan obat keras penghilang sakit. Jadi bisa disimpulkan bahwa apapun yang 'hati' Anda rasakan bisa makin intens karena otak yang 'menerintahkannya'.

(hst/kik)

link :

Comments

Popular posts from this blog

Panjaitan dan Padan

Panjaitan dan Sinambela

Legenda Sisingamangaraja dan Panjaitan.